This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Welcome to our website. Neque porro quisquam est qui dolorem ipsum dolor.

Lorem ipsum eu usu assum liberavisse, ut munere praesent complectitur mea. Sit an option maiorum principes. Ne per probo magna idque, est veniam exerci appareat no. Sit at amet propriae intellegebat, natum iusto forensibus duo ut. Pro hinc aperiri fabulas ut, probo tractatos euripidis an vis, ignota oblique.

Ad ius munere soluta deterruisset, quot veri id vim, te vel bonorum ornatus persequeris. Maecenas ornare tortor. Donec sed tellus eget sapien fringilla nonummy. Mauris a ante. Suspendisse quam sem, consequat at, commodo vitae, feugiat in, nunc. Morbi imperdiet augue quis tellus.

Rabu, 20 Oktober 2010

Siaran Pers FORPA-BD Soal Pemilukada Boven Digoel 2010

Siaran Pers
No. 01/X/2010


“Pulihkan Proses Demokrasi Demi Kehidupan Rakyat Boven Digoel”


Harapan Rakyat Boven Digoel untuk menjalankan proses demokrasi di Boven Digoel akhirnya tidak terwujud  karena hak-hak demokratis mereka dipasung melalui sebuah proses    Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Boven Digoel Tanggal 31 Agustus 2010 yang tidak demokratis. Pemilukada yang sejatinya adalah merupakan sebuah momen pembelajaran politik yang sehat dan demokratis ternyata tidak berjalan sesuai harapan karena berbagai kecurangan, manipulasi data pemilih, politik uang, politik barang, intimidasi dan propaganda pecah-belah terus dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Boven Digoel mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pleno penetapan hasil Pemilukada Boven Digoel 2010 Tanggal 8-9  September 2010 di Tanah Merah, Boven Digoel. Proses kotor ini secara massif dikerjakan oleh Ketua KPUD Boven Digoel, Sdra. Kristianus Guam, S.Sos.


Berdasarkan  data-data yang kami himpun, ternyata kecurangan dan penghancuran proses Pemilukada Boven Digoel 2010 yang dilakukan oleh KPUD Boven Digoel mendapat dukungan keamanan secara penuh dari Polres Boven Digoel. Hal ini ditandai dengan mobilisasi Polisi sebagai Pemilih dalam Pemilukada demi memenangkan pasangan calon tertentu dengan cara-cara yang jauh dari proses demokrasi. Proses intimidasi yang mewarnai perhitungan suara maupun pleno hasil perhitungan suara juga melibatkan Polisi secara terang-terangan.

Hubungan kerja-sama yang begitu mesra antara Ketua KPUD Boven Digoel, Sdra. Kristianus Guam, S.Sos dengan Kapolres Boven Digoel, AKBP Pantas Siregar, SIK ketika mereka bahu-membahu mengorganisir kekuatan Negara untuk menghancurkan proses demokrasi dalam Pemilukada Boven Digoel Tahun 2010 ini membuktikan kepada kita semua bahwa kesadaran dan niat baik rakyat untuk menjalankan proses demokrasi sesuai amanat konstitusi Negara ini ternyata dipasung oleh KPUD Boven Digoel dan Polres Boven Digoel. Inilah pembelajaran politik dan demokrasi yang kotor dan anti-rakyat, yang mana rakyat harus bersatu untuk melakukan perlawanan terhadap mereka karena sesungguhnya perlawanan kita dijamin oleh konstitusi Negara ini.

Bahwa KPUD Boven Digoel bersikap dan bertindak tidak netral dengan cara memihak pasangan calon Nomor Urut 1 atas nama Yusak Yaluwo-Yesaya Merasi dan kemudian memobilisasi dukungan dan kecurangan untuk memenangkan pasangan tersebut telah menjadi sesuatu yang bukan rahasia lagi karena semua proses kecurangan dilakukan secara terbuka, terangan-terangan dan tanpa perasaan bersalah. 

Proses Pemilukada berjalan bersamaan dengan eksploitasi tanpa rasa ampun terhadap Sdra Yusak Yaluwo, mengatasnamakan dirinya dalam berbagai kesempatan dengan menyebarluaskan berbagai informasi yang tidak benar, seolah-olah Sdra Yusak Yaluwo akan bebas dari jeratan hukum dan datang mengikuti Pemilukada di Boven Digoel secara fisik. Kelompok yang mengeksploitasi Sdra Yusak Yaluwo kebanyakan bukan Orang Asli Boven Digoel. Mereka hanya memanfaatkan kebaikan,  kemurahan hati dan kasih yang begitu besar dari  Sdra Yusak Yaluwo untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi dan politik sesaat. Pada saat yang bersamaan, mereka mengeksploitasi sentimen suku dengan berusaha memecah-belah orang-orang asli Boven Digoel.

Sebuah penipuan publik terjadi ketika pasangan Yusak Yaluwo-Yesaya Merasi dimenangkan oleh KPUD Boven Digoel dan Polres Boven Digoel dengan cara-cara yang tidak demokratis,  tetapi dikampanyekan oleh sebuat Lembaga Survey sebagai konsekuensi demokrasi.  Konsultan Citra Indonesia (KCI)-LSI Grup, Barkah Pattimahu, membantu menyembunyikan kebobrokan kinerja KPUD Boven Digoel yang menghancurkan Pemilukada Boven Digoel 2010 dengan  mengatakan bahwa kemenangan pasangan Yusak Yaluwo-Yesaya Merasi merupakan konsekuensi dari sebuah demokrasi, bahwa publik memang mempunyai kebebasan dalam menilai dan memilih sendiri siapa tokoh yang dianggap pantas.

FORPA-BD menilai,  pernyataan Barkah Pattimahu tersebut merupakan pembodohan publik, sekaligus merupakan pembenaran terhadap penghancuran proses Pemilukada Boven Digoel 2010 oleh  KPUD Boven Digoel dan Polres Boven Digoel. Sesungguhnya pernyataan Barkah Pattimahu sangat memalukan karena publik sedang mengikuti proses manipulasi Pemilukada Boven Digoel 2010 dengan cermat.

Proses Pemilukada yang kotor dan penuh dengan manipulasi jelas akan melahirkan sebuah pemerintahan yang kotor dan penuh dengan konflik politik. Akibatnya biaya pembangunan sebagian besar akan habis untuk membiayai negosiasi-negosiasi konflik politik. Pemerintahan juga akan lemah dari sisi legitimasi sosial dan wibawa pemerintah daerah akan dipertahankan dengan terus membayar berbagai Lembaga Survey untuk kepentingan pencitraan diri. Rakyat akan dikorbankan karena berbagai kebutuhan mereka tidak akan dibiayai secara maksimal. Pajak Daerah akan dinaikkan, dan sebagai konsekwensinya harga barang dan pembiayaan sektor jasa terus melambung, sementara rakyat tetap menderita dengan daya beli yang rendah, pendidikan yang minim, kesehatan yang tidak terurus dan hari depan yang suram. 

Oleh karena proses Pemilukada Boven Digoel yang kotor dan tidak demokratis, maka atas nama Demokrasi, Forum Rakyat Papua Boven Digoel mengajak semua pihak yang terkait Pemilukada Boven Digoel 2010 untuk bersama-sama mencari alternativ  terbaik guna memulihkan proses demokrasi agar tercipta kehidupan rakyat Boven Digoel yang demokratis, damai dan terpenuhi hak-hak mereka sebagai warga negara dan wajib pajak.

Berdasarkan uraian diatas, Forum Rakyat Papua Boven Digoel menyatakan tuntutan :

1.      Meminta KPU Provinsi segera menonaktifkan Ketua KPUD Boven Digoel, Sdra. Kristianus Guam, S.Sos karena menurut penilaian kami  yang bersangkutan dalam kepemimpinannya telah menggunakan lembaga KPUD untuk mengebiri dan memasung hak-hak demokrasi dan politik rakyat Boven Digoel.

2.      Meminta Kapolda Papua segera mencopot Kapolres Boven Digoel, AKBP Pantas Siregar, SIK karena Kapolres telah secara sistematis menggunakan Institusi Kepolisian di Boven Digoel mengebiri dan memasung hak-hak demokrasi dan politik Rakyat Boven Digoel.

3.      Meminta Gubernur Papua untuk lebih memperhatikan hak-hak demokrasi dan politik rakyat Boven Digoel dengan cara membantu menyelesaikan sengketa Pemilukada Boven Digoel 2010 secara arif dan bijaksana agar ada rasa keadilan bagi rakyat Boven Digoel, stabilitas Boven Digoel sebagai daerah perbatasan lebih terjamin dan konflik politik setelah penetapan pemenang Pemilukada Boven Digoel 2010 bisa diminimalisir sampai ke titik nol.

4.      Meminta kepada  Rakyat Boven Digoel untuk tidak mudah terpecah-belah dengan isu-isu yang menyesatkan yang disebarluaskan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab untuk memecah-belah kita dan menarik manfaat ekonomi, politik dan sosial diatas tanah leluhur kami.

Salam Perubahan!

Jayapura, 20 Oktober 2010



  
Info detail tentang Publikasi ini, Silahkan menghubungi  :
Sdra. Everistus Kayep (Koord. HUMAS  FORPA-BD)
Ph. +62 81 344 774 585

Jumat, 25 Juni 2010

Solidaritas Rakyat Papua Tolak MIFEE : Siaran Pers No. 01/VI/2010

Solidaritas Rakyat Papua Tolak MIFEE
(SORPATOM)
Sekretariat : Aspuri Maro, Kompleks Muyu-Mandobo, 

Padang Bulan – Abepura
__________________________________________________

Siaran Pers
No. 01/VI/2010
Program MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate) telah dicanangkan secara resmi oleh Bupati Merauke, Jhon Gluba Gebze pada perayaan HUT kota Merauke ke 108 tanggal 12 Februari 2010. MIFEE atau pengembangan produksi pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan di Merauke, dicanangkan guna membuat program strategis yang berorientasi eksport. Proyek MIFEE melibatkan 32 Investor yang bergerak di bidang perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan darat, peternakan, konstruksi, dan industri pengolahan kayu. Proyek ini akan beroperasi di hampir semua distrik di Kabupaten Merauke dan 1 distrik masing-masing di Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel. Lahan seluas 1.616.234,56 Hektar yang kaya akan kayu alam, binatang buruan dan sumber makanan pokok satu-satunya bagi kaum pribumi setempat itu akan dihancurkan dan digantikan dengan perkebunan kelapa sawit, kedelai, jagung, industri kayu, perikanan darat dan peternakan guna memenuhi semua kebutuhan Imperialis, Borjuasi Besar Komprador (Konglomerat) dan Kapitalis Birokrat (Pejabat Pemerintah). | Download Versi PDF |

Sabtu, 29 Mei 2010

Pidato Ketua Umum KP AMWP Dalam HUT Ke-12 AMWP (30 Mei 1998 - 30 Mei 2010)

"Gelorakan Perjuangan Massa untuk Melawan Rezim Fasis Boneka Imperialis AS, SBY – Boediono Anti Rakyat Papua"

Selamat Ulang Tahun ke – 12 Aliansi Mahasiswa West Papua!

Pertama, saya ucapkan selamat yang tak terhingga kepada seluruh anggota AMWP dimanapun Kawan – kawan berada dalam pengabdiannya membangkitkan kesadaran massa Rakyat Papua untuk memperjuangkan hak – hak demokratis Rakyat, telah membawa organisasi kita diterima kehadirannya di tengah – tengah massa Rakyat luas baik yang ada di perkotaan hingga menembusi belantara rimba raya Papua. Dan ucapan salut yang sedalam – dalamnya kepada Kawan – kawan yang telah mengabdikan diri sepenuhnya dengan perjuangan sejati Rakyat. | Download Versi PDF |

Jumat, 16 April 2010

Reason in Revolt (Bahasa Indonesia)

BUKU INI DITULIS oleh Ted Grant dan Alan Woods dan dipublikasikan pertama kalinya pada tahun 1995, yakni 100 tahun setelah wafatnya Engels. Lalu buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 2006 oleh IRE Press (Institute of Research and Empowerment). 

Buku ini membela kebenaran ide-ide filosofi Marx dan Engels dengan memaparkan penemuan-penemuan ilmiah abad ke 20 yang memberikan konfirmasi terhadap metode filosofi Marxisme, yakni dialektika materialisme. Kunjungi Situs Militan Indonesia>>>

Jumat, 09 April 2010

Ibu Sang Pembunuh Kelly Kwalik : Syukurlah Anak Saya Bisa Naik Pangkat!

SAHABAT Eve-K. Blogspot.Com dimana saja anda berada, saya punya cerita menarik hari ini, Jumat, 09 April 2010. Tadi pagi sekitar pukul 09.00 WPB, saya dengan dua orang kawan yang mau berangkat ke Nabire sempat singgah di sebuah Warung Padang di sekitar Taman Imbi, Jayapura Kota, untuk minum Teh sambil membahas rencana keberangkatan mereka. Didalam warung tersebut sudah ada banyak bukan orang Papua yang memesan minuman ringan. Mereka asyik bercerita. Saya dan dua orang kawan sempat mendengar cerita mereka dengan sangat jelas karena kami duduk berdekatan. 

Seorang Bapak dari antara mereka bertanya kepada seorang Ibu setengah baya : "Bagaimana kabar anakmu yang Polisi?. Sang Ibu menjawab : "Oh, dia sekarang ada urus kenaikan pangkat karena berhasil bunuh Kelly Kwalik barusan. Mereka dari Densus 88 ada 10 orang yang naik pangkat, Abel, Rachmat...ada lain lagi...". Bapak yang bertanya kemudian berkata : "Wah hebat...hebat...". Sang Ibu yang ditanya membalas dengan bangga : "Syukurlah anak saya bisa naik pangkat...dia tidak perlu tunggu empat tahun lagi..."

Mereka terus ngobrol tanpa memperhitungan posisi kami, paling tidak perasaan kami sebagai orang Papua. Walaupun mendengar kata-kata mereka dengan jelas, kami bertiga tidak menghiraukan mereka. Kami terus minum Teh yang kami pesan sambil omong-omong soal rencana kami. Setelah berpisah dengan dua orang kawan itu, saya terus berpikir, bagaimana sampai seorang ibu dari ras pemukim - yang hidup, bekerja, makan, kencing-berak dan beranak diatas tanah Papua - bisa bangga dengan anaknya yang membunuh seorang tokoh Papua? Saya memang pernah mendengar banyak cerita seperti ini tetapi baru kali ini saya mendengar langsung dari mulut kaum pemukim.

Saya kemudian menyimpulkan bahwa : Pertama, Anak dari Ibu yang cerita itu sudah pasti adalah salah satu dari 60 Anggota Tim Gabungan yang akan diberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat dan berbagai kemudahahan lainnya seperti kesempatan mendapat pendidikan dan promosi jabatan sebagaimana diungkapkan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Edward Aritonang di Jakarta belum lama ini. Aritonang, seperti dikutip WPToday, mengatakan bahwa Tim Gabungan yang menyergap dan membunuh Kelly Kwalik menunjukkan prestasi yang mengharumkan nama bangsa dan nama Kepolisian, menjaga kehormatan korps saat berdinas.

Kedua, Ibu tersebut, dan tentu saja Bapak yang berbicara dengan dia, mengidap paham rasisme yang, oleh George M. Fredericks, dikategorikan sebagai Rasisme Biologis. Rasisme Biologis adalah cara pandang dan tindakan diskriminatif yang berkaitan dengan identifikasi terhadap etnis atau suku bangsa tertentu sebagai "yang lain" atau "the others" hanya karena perbedaan ciri-ciri fisik. Rasisme model ini adalah sebuah pandangan kuno dan lapuk yang menganggap bahwa investasi berharga yang dimiliki setiap manusia adalah warna kulit, rambut, asal suku bangsa dan umumnya - RAS tertentu. Alam bawah sadar ibu tersebut telah dikuasai oleh pandangan busuk ini sehingga dia merasa bangga dengan tindakan anaknya yang telah membunuh Kelly Kwalik yang dianggap sebagai "orang lain".

Ketiga, Ibu dan Bapak tersebut berasal dari suku-suku kanibal masa lampau yang mengaplikasikan kanibalisme dalam zaman modern saat ini. Kanibalisme, secara umum berarti sesuatu yang memangsa dan memakan sesamanya sendiri (bisa antar manusia atau antar hewan). Untuk manusia, kanibalisme secara tradisonal ini terjadi pada zaman dulu sebelum berkembangnya peradaban modern. Namun, perkembangan zaman tidak serta-merta menelan praktek-praktek kanibalisme. Ia justru mengambil bentuk baru dan menyesuaikan serta mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Suku Bangsa manusia yang gemar menguasai suku bangsa manusia lain merupakan pihak yang menjadi pelopor kanibalisme modern.

Salah satu model prakteknya yang nyata dan dapat kita lihat secara langsung adalah dengan membantai secara sadis suku bangsa lain yang dijajah kemudian memperoleh bayaran atau kenaikan pangkat dan, dengan pangkat yang tinggi tersebut, mendapat gaji dan tunjangan yang ujung-ujungnya dipakai untuk memberi makan diri sendiri, anak-istri, orang tua dan kerabat lain. Membantai korban secara sadis kemudian memutilasi jenazah korban menjadi model utama di Papua saat ini. Lihat saja kasus Kelly Kwalik pada akhir tahun 2009 dan Pendeta Kindeman Gire sekitar tiga minggu lalu.

Demikian cerita saya, saya harap orang-orang Papua bisa lebih meningkatkan kewaspadaan karena PARA KANIBAL sedang bergentayangan diantara kita dan bekerja secara profesional dengan memakai institusi negara dan pembenaran oleh undang-undang dan peraturan yang mereka buat sendiri, tetapi akan dianggap, meminjam kata-kata Aritonang, "menunjukkan prestasi yang mengharumkan nama bangsa dan nama kepolisian, menjaga kehormatan korps saat berdinas". Mereka yang kami anggap sebagai sesama warga negara, mereka yang kami terima kehadirannya diatas tanah kami tidak akan menganggap anda sebagai sesama manusia yang mempunyai hak hidup. Anda adalah korban yang siap disantap! Kelly Kwalik sudah mereka santap, mungkin besok giliran anda dan saya!

Minggu, 04 April 2010

Paskah : Penderitaan, Kematian dan Kebangkitan Yesus Dalam Kaca Mata Papua

PASKAH ADALAH SEBUAH perayaan dalam tradisi Kristiani untuk mengenang penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Dalam tradisi gereja, ritual ini dinyatakan sebagai sebuah cara dimana dosa-dosa manusia ditebus dengan darah Yesus Kristus yang mati di kayu salib. Kebangkitan Yesus secara khusus dianggap sebagai kemenangan umat manusia atas kuasa maut. Ritual ini telah dijalankan sepanjang sejarah gereja dan penyebaran ajaran kristen di hampir seantero bumi.

Paskah, dalam kaca mata gereja erat kaitannya dengan hal-hal yang abstrak dan jauh dari realita kehidupan umat manusia diatas bumi ini dimana tercermin dari konsep-konsep abstrak seperti dosa, pengampunan dosa, kuasa maut dan simbol-simbol suci seperti surga dan neraka, lengkap dengan makhluk-makhluk suci yang melekat seperti Tuhan, Malaikat dan Iblis. Oleh sebab itu Paskah dalam ulasan ini kita sepakat saja bahwa ia memakai kaca mata tradisional atau konservatif.


Menghayati Paskah secara tradisional seperti ini berarti mengingkari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan penyangkalan terhadap kepemilikan manusia atas bumi tempat kita hidup dan berinteraksi secara sosial, politik, ideologi, budaya, ekonomi dan hukum. Ritual Paskah dengan pemahaman yang konservatif ini membentuk pola pikir umat/jemaat yang serba instant dengan cara menuduh Tuhan sebagai penyebab semua penderitaan diatas bumi dan dengan demikian, meminta Tuhan untuk menyelesaikan semua persoalan penderitaan tersebut. Penderitaan umat manusia, menurut tradisi gereja, adalah sesuatu yang selalu ada dan manusia diwajibkan untuk menghadapinya dengan tabah.


Singkat kata, manusia menjadi lupa akan kejahatan sistem sosial yang timpang. Manusia yang menderita menjadi lupa bahwa penderitaannya adalah akibat langsung dari posisi manusia lain yang sebenarnya sedang menjadi serigala bagi dirinya. Manusia yang menderita juga menjadi lupa bahwa dalam kerajaan imperialisme saat ini sebenarnya apa yang dinamakan kemajuan, pembangunan, modernisasi atau yang sejenisnya semua dibangun diatas tatanan yang tidak adil dimana si miskin - seumur hidupnya - diarahkan untuk membiayai, memberi makan dan memenuhi semua kebutuhan hidup si kaya untuk selama-lamanya.


Pemahaman paskah secara konservatif, harus diakui, telah menjadi pemahaman yang dominan di Papua. Sebagai sebuah daerah berbasis Kristen, rakyat Papua telah mengadopsi cara pandang konservatif ini dan memupuknya sejak generasi pertama menerima Kristen sebagai agama baru menggantikan posisi agama-agama suku yang divonis kafir, penuh dengan takhyul dan dekat dengan kuasa setan. Ratusan kali ritual Paskah dijalankan diatas tanah Papua sudah cukup kuat untuk menancapkan pemahaman konservatif kedalam kepala masyarakat Papua dan membentuk pola pikir serta cara bertindak mereka dalam menyelesaikan persoalan hidup.


Masyarakat Papua dikenal sebagai komunitas yang suka mengharapkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan persoalan komunitas mereka. Misalnya dalam memperjuangkan kedaulatan politik mereka, 99% orang Papua masih menaruh harapan akan bantuan Barat (Barack Obama, Melinda Jankie, Andrew Smith, Richard Samuelson, dll), Afrika (Nelson Mandela, Desmond Tutu, Benjamin Z, Koffi Anan, dll), Pasifik (Powes Parkop, Barak Sope, Moana Calosil, Eni Faleomavaega, dll) atau Indonesia (Muridan Widjojo, George Aditjondro, Megawati Soekarnoputri, Surya Paloh, Gerakan Prodem, dll). Mengharapkan bantuan orang lain sebenarnya merupakan cerminan dari sikap kita yang suka mengharapkan bantuan Tuhan untuk menebus dosa-dosa kita melalui ritual Paskah.


Menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana cara kita memandang Paskah dan menerjemahkan Penderitaan, Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus sesuai dengan kondisi nyata kehidupan rakyat Papua saat ini. Hal ini menjadi penting karena gereja sendiri, terutama Gereja Katolik, telah sepakat untuk menjadikan institusi dan ajarannya sebagai bagian dari milik kaum pribumi dimana tata cara ritual, bahasa dan para imam semuanya harus berasal dari kalangan pribumi tempat Gereja bercokol. Memaknai Paskah dengan cara mengaitkannya dengan kondisi Papua saat ini, menurut hemat saya akan membuat rakyat Papua percaya pada diri sendiri dan mempunyai semangat yang teguh untuk menyelesaikan berbagai persoalan mereka tanpa terus-menerus mengemis bantuan dari Tuhan atau orang lain. (Bersambung)

Jumat, 26 Maret 2010

Blog Ini Masih Dalam Tahap Pembuatan!

PEMBACA YANG TERHORMAT, jika ada yang browsing dan secara kebetulan tersangkut di blog ini dan tidak melihat sebuah tampilan yang menarik, saya harap anda tidak kecewa karena blog ini memang masih dalam tahap pembuatan. Ya, ibarat sebuah rumah yang baru dibangun, blog ini memang harus ditata dan dilengkapi agar tampil menarik. 

Ada beberapa 'perkakas' yang perlu ditambah, juga posting-an yang harus dibuat. Saya perlu membongkar beberapa buku dan materi-materi yang mendukung pekerjaan ini, terutama Mark-up Language - CSS, HTML, XML dan Java Script. Mengenai posting-an atau isi dari konten blog ini, saya akan berusaha mengisinya dengan 'artikel buah tangan sendiri'.

'Artikel buah tangan sendiri'. Bisa begitu? Ya, karena metode copas (copy and paste), bagi saya adalah sebuah pekerjaan yang tidak mendidik. Saya berharap, anda, terutama para Blogger Papua bisa membiasakan diri dengan menulis agar ide-ide kreatif kita bisa tertuang dalam bentuk tertulis. Saya pikir ini merupakan sebuah cara dimana kita bisa membiasakan diri dengan budaya menulis - sebagai counter terhadap budaya lisan - dan terlibat di dalamnya secara positif. Semuanya pasti dapat kita lakukan, Yes, We Can!

Walaupun tidak punya cukup waktu untuk melakukannya secara cepat, saya akan berusaha dalam tempo yang sesingkat-singkatnya agar anda tidak kecewa dan merasa rugi ketika bertandang ke 'rumah' saya. Kekecewaan anda adalah ketidakpuasan dan ketidaknyamanan saya dalam dunia blogging.


Salam Ben-Bay, Nupka!